Pilih SMA Atau SMK

Oleh: Waliyadin Sholeh, S.Pd.I  |  (Waka. Kurikulum SMPI Mentari Indonesia)

SMA atau SMK, SMP Negri atau swasta atau juga MTs Negri atau swasta pertanyaan ini akan selalu muncul disetiap tahun akhir pembelajaran dibenak anak dan orang tua. Orang tua mana yang tidak ingin anaknya sukses dan berhasil, tetapi terkadang orang tua belum memahami betul arti sukses dan berhasil, kebanyakan orang tua berasumsi orang yang sukses atau berhasil adalah orang yang mempunya penghasilan besar dan kedudukan tinggi di strata sosial masyarakat. Pemahaman ini tidak salah hanya saja sebagai seorang yang beragama nampaknya hal tersebut bukan menjadi skala prioritas, agama khususnya agama Islam mensyaratkan kepada pemeluknya untuk sukses dunia dan akhirat.

Kesusksesan adalah ghoyah (tujuan) yang pasti diinginkan oleh setiap manusia dibelahan dunia manapun, sehingga manusia berlomba-lomba dengan berbagai macam cara dan metode untuk meraihnya, tidak terkecuali orang tua yang menyiapkan anak-anaknya menjadi sosok manusia yang lebih baik dari pada kehidupan kedua orang tuanya, sehingga upaya yang dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya untuk membekali ilmu pengetahuan dicarilah sekolah-sekolah yang bertaraf nasional dan internasional, bahkan bukan itu saja mereka tidak memikirkan berapa uang pendidikan yang harus dikeluarkan demi sukses dan berhasilnya anaknya dimasa yang akan datang.

Keinginan orang tua terhadap anak-anaknya sayangnya tidak semua orang tua memberi perhatian khusus terhadap pendidikan agama, bahkan cenderung meremehkannya. Sehingga banyak orang tua yang justru tidak peduli jika anak-anaknya tidak bisa membaca kitab suci (Al-qur’an), sholat, puasa dan ritual ibadah lainnya, justru mereka merasa susah dan khawatir jika anak-anaknya tidak bisa komputer, science, sosial dan cabang ilmu rasional lainnya padahal itu semua tidak akan menjamin kesuksesan didunia terlebih-lebih diakhirat nanti.

“Pranata keluarga merupakan misi khususnya membentuk karakter anak yang sesuai dengan norma-norma, terutama norma agama”

Kesuksesan orang tua dianggap tercapai manakala anak-anaknya ditempatkan dipendidikan yang berstandar nasional mapupun internasional, sehingga kelak anak-anaknya meraih apa yang dicita-citakanya, tanpa mereka merasa perlu melihat nilai-nilai agama dalam pendidikan karakter yang akan diterapkan dilembaga pendidikan tersebut. Ini justru menjadi boomerang (senjata makan tuan) kepada anak-anaknya kelak ketika memangku sebuah jabatan baik pegawai negri mamupun swasta, mereka tidak memikirkan lagi mana yang menjadi haknya dan mana yang bukan, yang penting nafsu serakahnya terlampiaskan.

Realitas menunjukan bahwa kehidupan umat Islam saat ini relatif terbelakang, terpuruk, bahkan tertinggal dari umat-umat yang lain. Kondisi umat islam saat ini bukan terjadi tiba-tiba tetapi melalui proses yang panjang, antara lain orang tua sudah tidak memprioritaskan pendidikan agama.

Kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Salah satu faktor utama rendahnya kualitas sumber daya manusia ini tentu berhubungan dengan dunia pendidikan nasional. Fenomena sekarang tingkat korupsi, kolusi, nepotisme yang merajalela ditingkat pejabat tinggi maupun bawah, angka kriminalitas tinggi merupakan potret pendidikan 10 atau 30 tahun yang lalu, yang sudah diterapkan oleh bangsa Indonesia, juga merupakan produk yang gagal dari fungsi pranata keluarga. Keluarga merupakan benteng utama untuk menelorkan generasi-generasi yang unggul dan cerdas tetapi diiringai dengan nilai-nilai religius.

Pranata keluarga merupakan misi khususnya membentuk karakter anak yang sesuai dengan norma-norma, terutama norma agama, manakala orang tua mengedepankan pendidikan agama maka akan tercipta generasi-generasi sekelas H. Agus Salim, KH. Wachid Hasyim, atau di era sekarang Prof. BJ.Habibi, yang menerapkan asas-asas agama dalam melakukan tindakan dan kebijakan. Orang tua dalam menyiapkan anak-anaknya tumbuh berkembang dan dewasa harus memperhatikan betul lembaga pendidikan yang akan ditempuh oleh anaknya, tidak melihat negri atau swasta yang terpenting adalah sebagai berikut :

  • Kurikulum pendidikan, terutama pendidikan agama
  • Aktifitas kegiatan siswa yang sesuai dengan nilai-nilai agama
  • Budaya-budaya sekolah yang religius
  • Guru-guru yang mengajarkan dan mencontohkan nilai-nilai agama

Dengan orang tua memperhatikan empat kriteria diatas, ini upaya untuk menjadikan generasi dan calon pemimpin dimasa yang akan datang. Yaitu pemimpin-pemimpin yang yang berwawasan luas dan religius, sehingga akan melahirkan tatanan kehidupan yang lebih baik dari fenomena kehidupan dimasa sekarang yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama.